Sabtu, 14 Oktober 2017

EFEK SAMPING MORFIN

EFEK SAMPING MORFIN



Morfin adalah jenis obat yang masuk ke dalam golongan analgesik opium atau narkotik. Obat ini digunakan untuk mengatasi rasa sakit yang terbilang parah dan berkepanjangan atau kronis, seperti misalnya nyeri pada kanker stadium lanjut. Morfin bekerja pada saraf dan otak sehingga tubuh tidak merasakan rasa sakit.
Meskipun memiliki manfaat besar, morfin sangat menyebabkan ketergantungan. Risiko ketergantungan ini bahkan lebih tinggi lagi pada pasien yang di masa lalunya pernah kecanduan alkohol atau narkoba.
Interaksi Obat
Jika dikonsumsi dengan obat-obatan tertentu, morfin bisa menimbulkan reaksi berupa peningkatan efek samping atau justru mengurangi efektivitas obat tersebut. Untuk menghindarinya, jangan mengonsumsi morfin dengan beberapa jenis obat berikut ini:
ü  Campuran opioid agonist/antagonist (pentazocine, nalbuphine, butorphanol) atau opioid antagonists (naltrexone).
ü  Obat pereda nyeri opioid dan batuk (codeine, hydrocodone).
ü  Obat tidur atau gangguan kecemasan (alprazolam, lorazepam, zolpidem)
ü  Obat relaksan otot (carisoprodol, cyclobenzaprine).
ü  Minuman beralkohol karena dapat menimbulkan reaksi dan efek samping, seperti mengantuk atau pusing.

Kenali Efek Samping dan Bahaya Morfin
Sama seperti obat-obat lainnya, morfin juga berpotensi menyebabkan efek samping. Beberapa efek samping yang bisa terjadi setelah mengonsumsi morfin antara lain adalah:
ü  Mengantuk.
ü  Pusing atau sakit kepala.
ü  Mual.
ü  Sembelit.
ü  Sulit buang air kecil.
ü  Gangguan tidur.
ü  Mulut terasa kering.
ü  Tubuh berkeringat.

Biasanya efek samping akan hilang dengan sendirinya setelah tubuhmenyesuaikan diri dengan obat. Jika efek samping tidak kunjung hilang atau justru memburuk, segera hubungi dokter.

PERTANYAAN:


1. Bagaimana kontraindikasi dr morfin?
2. Bagaimana mekanisme kerja morfin sehingga bisa menyebabkan penderita menjadi ngantuk ?
3. Bagaimana morfin digunakan sebagai obat analgetik? Dan pada keadaan nyeri yang bagaimana morfin digunakan?
4. Bagaimana bioavabilotas dr obat ini?
5. Mengapa morfin dapat menyebabkan efek samping gangguan tidur?
6. Apakah penggunaan morfin diperbolehkan bersamaan dengan obat lain? Bagaimana interaksi nya? Terimakasih
 

13 komentar:

  1. Halo Dina, No. 2 menurut yang saya dapatkan, Morfin berikatan dengan reseptor Mu opioid lalu dihubungkan dengan protein G yang secara langsung mempengaruhi saluran K+ dan Ca2+. Pada keadaan normal protein G yang memiliki GDP yang mengikat sub unit α, β, γ dalam kondisi istirahat atau tidak aktif. Namun saat opioid berinteraksi dengan reseptornya, sub unit GDP terdisosiasi dan berubah menjadi GTP dengan mekanisme perubahan konformasi. GTP ini aka mendisosiasi subunit α sehingga terikat padanya. GTP yang terikat pada subunit α ini memerintahkan sel saraf untuk menurunkan aktifitas listriknya dengan meningkatkan pemasukan K+ dan menghambat pemasukan Ca2+. Dengan terikatnya GTP pada sub unit α juga dapat menghambat terbentuknya enzim adenilat siklase. Enzim ini merupakan enzim yang berperan sebagai messenger pada penyampaian pesan untuk sel saraf. Jika pembentukan enzim adenilat siklase dihambat maka pembentukan substansi P yang merupakan neurotransmiter nyeri juga dihambat, sehingga rasa sakitnya berkurang. Demikianlah morfin bekerja, dengan kedua hal inilah maka morfin akan menurunkan aktivitas listrik saraf dan menurunkan pelepasan neurotransmiter nyeri.

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. 5. Mengapa morfin dapat menyebabkan efek samping gangguan tidur?
    Mengantuk itu hal yang manusiawi (hahahah siapa nanya...), orang normal pasti mengantuk. Sebelumnya, bagaimana orang bisa mengantuk? Ngantuk adalah pertanda bahwa suatu sistem dalam tubuh kita memerlukan istirahat untuk proses refreshing maupun regenerasi sel-sel saraf kita. System apa tepatnya? Inilah jawabannya, Sistem Saraf Pusat (Central Nervous System/CNS). Beberapa reseptor yang ada dalam CNS dapat menyebabkan efek sedasi pada manusia bila reseptor tersebut berikatan dengan suatu zat tertentu, atau bila reseptor tersebut menerima impuls yang mengisyaratkan sesuatu bahwa tubuh kita ini butuh istirahat, maka mengantuklah kita. Contohnya saja adalah reseptor GABA (gamma-aminobutyric acid) dalam CNS. Reseptor GABA bila berikatan dengan suatu senyawa, misalnya obat golongan barbiturate yaitu natrium thiopental maka akan menyebabkan sang pasien mengantuk berat. Natrium Thiopental sendiri berkhasiat sebagai obat sedative-hypnotic, biasanya untuk mengobati para insomniac. Dan efek mengantuk yang ditimbulkan merupakan efek sampingnya.

    BalasHapus
  4. untuk jawaban nomor 6. menurut artikel yang saya baca salah satu interaksinya Beta Bloker-Morfin
    Analgesik : AINS memberikan efek antagonis terhadap efek hipotensi beta bloker; morfin dapat meningkatkan konsentrasi plasma esmolol

    BalasHapus
  5. Hay dina , saya akan menjawab pertanyaan nmr 1.Kontra Indikasi Morfin: Hipersensitif terhadap morfin sulfat atau komponennya depresi pernafasan parah (tanpa peralatan resusitasi) asma akut atau berat diketahui atau dicurigai ileus paralitik. Injeksi intratekal dan epidural tidak boleh digunakan pada kasus pemberian yang kontraindikasi dengan rute ini, seperti infeksi pada tempat penyuntikan, perdarahan diatesis yg tidak terkontrol, penggunaan antikoagulan atau penggunaan kortikosteroid injeksi dalam 2 minggu.

    BalasHapus
  6. hi dina menurut artikel yang saya baca salah satu interaksinya Beta Bloker-Morfin
    Analgesik : AINS memberikan efek antagonis terhadap efek hipotensi beta bloker; morfin dapat meningkatkan konsentrasi plasma esmolol

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya setuju, morfin dapat meningkatkan konsentrasi plasma esmolol

      Hapus
  7. hi kak din ,saya akan membantu menjawab pertanyaan no 1
    Hipersensitivitas pada Morphine adalah sebuah kontraindikasi. Sebagai tambahan, Morphine tidak boleh dikonsumsi jika Anda memiliki kondisi berikut:

    • Asma bronkial
    • Cedera kepala
    • Hypothyroidism
    • insufisiensi pernapasan
    • negara hipotensi
    • penyakit hati dan ginjal
    • sakit perut akut terdiagnosis
    semoga bermanfaat

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya ingin menambahkan

      -Hipersensitivitas
      -Ileus paralitik
      -Diare dimediasi toksik
      -Depresi pernafasan, asma bronkial akut atau berat, obstruksi jalan napas atas
      -Dalam waktu 2 minggu menjalani terapi dari inhibitor monoamine oxidase (MAOI)
      -Obstruksi saluran pencernaan (rilis diperpanjang)
      -Hiperkarbia (tablet atau larutan rilis cepat)
      -Obstruksi jalan napas bagian atas (epidural / intratekal)
      -Kegagalan dengar karena penyakit paru-paru kronis, cedera kepala, tumor otak, deliriums tremens, gangguan kejang, antisipasi selama persalinan saat kelahiran prematur (formulasi injeksi)
      Aritmia jantung, peningkatan intrakranial atau tekanan serebrospinal, alkoholisme akut, penggunaan setelah operasi saluran empedu, anastomosis bedah (supositoria formulcation)

      Hapus
  8. 3. Morfin merupakan agonis reseptor opioid, dengan efek utama mengikat dan mengaktivasi reseptor µ-opioid pada sistem saraf pusat. Aktivasi reseptor ini terkait dengan analgesia, sedasi, euforia, physical dependence dan respiratory depression. Morfin juga bertindak sebagai agonis reseptor κ-opioid yang terkait dengan analgesia spinal dan miosis. Morfin digunakan pada saat mengalami nyeri yang sangat berat seperti nyeri setelah operasi.

    BalasHapus
  9. No 1
    Kontra Indikasi Morfin: Hipersensitif terhadap morfin sulfat atau komponennya depresi pernafasan parah (tanpa peralatan resusitasi) asma akut atau berat diketahui atau dicurigai ileus paralitik. Injeksi intratekal dan epidural tidak boleh digunakan pada kasus pemberian yang kontraindikasi dengan rute ini, seperti infeksi pada tempat penyuntikan, perdarahan diatesis yg tidak terkontrol, penggunaan antikoagulan atau penggunaan kortikosteroid injeksi dalam 2 minggu.

    Sumber Asli:
    http://www.mipa-farmasi.com/2016/05/morfin.html?m=1

    BalasHapus
  10. Hipersensitivitas pada Morphine adalah sebuah kontraindikasi. Sebagai tambahan, Morphine tidak boleh dikonsumsi jika Anda memiliki kondisi berikut:

    • Asma bronkial
    • Cedera kepala
    • Hypothyroidism
    • insufisiensi pernapasan
    • negara hipotensi
    • penyakit hati dan ginjal

    BalasHapus
  11. no 5
    morfin merupakan suatu obat jenis narkotika yang bekerja pada CNS/SSP (sistem saraf pusat). Beberapa reseptor yang ada dalam CNS dapat menyebabkan efek sedasi pada manusia bila reseptor tersebut berikatan dengan suatu zat tertentu, atau bila reseptor tersebut menerima impuls yang mengisyaratkan sesuatu bahwa tubuh kita ini butuh istirahat, maka mengantuklah kita.

    BalasHapus